Kamis, 27 Maret 2014

Menanti “Titisan Muda” Sang Petahana



Hampir dua pekan sudah, seluruh media massa nasional beramai-ramai memberitakan seputar kampanye dan pemilu. Memang, harus diakui bahwa pada pemilu tahun ini jauh lebih bergairah dibanding pemilu sebelumnya. Selain dihiasi figur-figur baru yang belum pernah ada pada pemilu yang lalu, khusus periode ini juga sekaligus menjadi “kesempatan terakhir” bagi para politisi-politisi yang memang sudah lama ada dan makin mendekati usia senja. Hadirnya tokoh-tokoh alternatif diharapkan mampu meneruskan proses tumbuh kembang demokrasi dalam negeri menuju ke arah yang lebih baik lagi. Bila sebelumnya penulis telah membuat sebuah tulisan mengenai peta lawan politik Jokowi menjelang pilpres nanti, pada kali ini penulis mencoba untuk mendalami perkembangan dari konvensi partai Demokrat.
Sudah hampir sepuluh tahun, partai Demokrat selalu menjadi bagian penting dari sistem pemerintahan dalam negeri. Nama Demokrat tentu tidak akan pernah lepas dari seorang tokoh yang membesarkan partai tersebut hingga saat ini, yaitu SBY. Sudah dua periode SBY menjadi orang nomor satu di republik ini dan tentu SBY harus mencari sosok pengganti yang pantas dan mampu melanjutkan trend pemerintahannya yang selama ini dikenal santun dan berhati-hati dalam mengambil keputusan. Sebelas nama dari banyak tokoh nasional yang akhirnya dipilih untuk menuju tahap konvensi berikutnya. Namun, agar tulisan ini tidak terlalu panjang dan terkesan membosankan, maka penulis membatasi dengan hanya menyebutkan beberapa nama yang ikut dalam konvensi tersebut yang masuk ke dalam kategori usia muda.


1. Anies Baswedan

Tokoh pertama ini, lahir pada 7 Mei 45 tahun yang lalu. Ia mencatatkan sejarah sebagai rektor termuda di Indonesia. Sejak 15 Mei 2007 lalu, tokoh ini telah dipercaya mengemban jabatan sebagai Rektor Universitas Paramadina. Memang tidak akan ada habisnya bila kita membahas tokoh yang satu ini. Anies adalah seorang tokoh muda yang bergerak untuk memajukan bangsa dibidang pendidikan. Langkah konkret yang telah ia lakukan untuk kemajuan pendidikan dalam negeri adalah dengan menjadi Pendiri gerakan Indonesia mengajar. Seorang figur yang mampu menjadi panutan baik bagi para generasi muda, termasuk bagi diri penulis.


2. Gita Wirjawan
Figur nasional dengan nama lengkap Gita Irawan Wirjawan ini lahir pada 21 September 1965. Tentu nama ini sudah tidak asing lagi bagi kita. Selain karena pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan pada Kabinet Indonesia Bersatu II, sosok muda ini juga dikenal menyukai berbagai cabang olaharaga seperti golf, basket, renang, dan sepakbola. Usia muda bukan merupakan suatu halangan bagi dirinya untuk berpolitik. Selama menjabat sebagai Menteri Perdagangan, Gita memang dikenal sebagai tokoh yang tegas dan memiliki sikap yang jelas dalam menanggapi isu produk impor. Menurutnya, ia tidak setuju bila impor justru menimbulkan ketergantungan. Hal tersebut membuktikan bahwa sosok Gita Wirjawan memiliki visi pemikiran yang jelas dan matang di usia yang belum genap mencapai 50 tahun ini.


3. Ali Masykur Musa
Bila dibandingkan dengan dua tokoh sebelumnya, nama Ali Masykur Musa memang tampak kurang familiar dikalangan publik. Pria kelahiran 12 Septermber 1962 ini dikenal sebagai salah seorang anggota DPR fraksi Partai Kebangkitan Bangsa yang mewakili daerah Pemilihan Jawa Timur 6. Ia memulai karir politiknya dengan menjadi anggota FKB DPR-RI pada periode 1999-2001. Ali Masykur Musa melanjutkan karir politiknya dengan menjabat sebagai ketua Fraksi PKB DPR RI periode 2003-2004 dan 2004-2006. Ayah tiga anak ini pernah tercatat namanya sebagai Komisaris Utama PT. Carara Crema Stones pada periode 2002-2009. Kegiatan sosialnya pun cukup banyak. Tercatat, ia merupakan anggota Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama, DPP KNPI, serta GM Kosgoro. Dengan pengalaman politik serta organisasi yang cukup mumpuni, nama Ali Masykur Musa layak disejajarkan dengan tokoh-tokoh politik senior lainnya yang mampu sukses berkiprah di dunia politik sejak usia muda.


4. Dahlan Iskan

Memang usianya sudah tidak muda lagi. Saat ini Menteri BUMN Kabinet Indonesia Bersatu II ini sudah memasuki usia 64 tahun. Namun, jiwa muda yang dimilikinya masih sangat terlihat bila kita berjumpa dengan tokoh yang satu ini. Sedikit berbagi, penulis pernah beberapa kali bertemu langsung dengan Dahlan Iskan. Sudah dua kali, Dahlan Iskan menjadi pembicara dalam seminar yang penulis ikuti. Dari kedua acara tersebut, Dahlan Iskan selalu menggunakan dua konsep yang sama. Dengan menggunakan pakaian dan sepatu khasnya, ia lebih memilih berdiri dan memanggil setiap orang yang ingin bertanya padanya dan maju menghampirinya. Dengan cepat dan lugas layaknya seorang pemuda, ia menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan, baik mengenai BUMN maupun mengenai pribadinya sendiri. Gaya kepemimpinannya yang terkesan berbeda, justru menjadi nilai positif tersendiri bagi masyarakat.

Dari keempat profil tersebut, terdapat harapan-harapan jutaan bangsa Indonesia agar bangsa ini terus berkembang dan menjadi lebih baik lagi. Sosok muda bukan lagi sosok yang hanya menjadi “ban serep” dalam dunia politik dalam negeri. Sudah saatnya negeri ini dipimpin oleh sosok muda penuh dengan semangat nasional yang tinggi serta memiliki daya pikir yang jelas dan terencana sehingga cita-cita bangsa yang tertera dalam UUD 1945 akan semakin terealisasi dengan baik.

Refrensi tulisan :
 Merdeka.com

Rabu, 19 Maret 2014

MENJELANG PILPRES, SIAPA BERANI LAWAN JOKOWI?





sumber foto : politik.kompasiana.com

            Hampir satu dasawarsa, negeri ini dipimpin oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Berbagai isu positif maupun negatif selalu menghiasi sosok presiden yang dikenal penuh kehati-hatian  dalam mengambil keputusan ini. Sudah dua periode beliau menjadi pemimpin negeri. Itu artinya, negeri ini butuh sosok pengganti yang mampu melanjutkan segala hasil yang telah dicapai oleh SBY. Berbagai nama mulai mendeklarasikan diri sebagai bakal calon presiden RI periode 2014-2019 mendatang. Namun yang paling fenomenal adalah berita mengenai pemberian mandat oleh ketua umum PDI-P Megawati kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk maju pada pilpres mendatang. Sosok yang dikenal dengan gaya blusukannya ini, mampu menjadi “raja survey” yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey beberapa waktu yang lalu. Lantas, sebuah pertanyaan sederhana muncul, siapa berani lawan Jokowi dalam pilpres nanti?
            Penulis mencoba mengawali ulasan sederhana untuk menjawab pertanyaan tersebut dari partai penguasa saat ini, yaitu Partai Demokrat. Seperti yang telah kita ketahui, beberapa waktu belakangan ini, kalangan internal partai Demokrat tengah disibukkan dengan program konvensi untuk memilih tokoh yang akan dicalonkan pada pilpres mendatang. Beberapa nama tokoh politik nasional, kalangan akademisi, maupun militer, turut serta menghiasi pesta demokrasi partai berlambang Mercy tersebut. Mulai dari Dahlan Iskan, Anies Baswedan, Pramono Edhie Wibowo, serta beberapa nama penting lainnya. Namun sayangnya, hingga saat ini belum ada pengumuman resmi yang dilontarkan dari partai petahana tersebut terkait tokoh yang akan dicalonkan dalam pilpres mendatang. Tanpa mengesampingkan nama-nama tokoh lain, nampaknya nama Dahlan Iskan serta Anies Baswedan merupakan dua tokoh yang digadang-gadang paling unggul serta mampu untuk melanjutkan pemerintahan SBY dan menjadi lawan politik Jokowi pada pilpres 2014 nanti.
            Kemudian ulasan berikutnya akan membahas tentang bakal calon presiden dari partai agamis. Beberapa partai memang sudah mendeklarasikan nama-nama yang akan diusung menjadi calon presiden mendatang. Mulai dari PPP yang mencalonkan Ketua Umumnya yaitu Suryadharma Ali sebagai bakal calon presiden pemilu 2014. Dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), tiga nama kuat sudah disiapkan oleh parpol tersebut. Mulai dari tokoh alternatif seperti Rhoma Irama, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, hingga mantan wakil presiden Jusuf Kalla. Kemudian dari Partai Keadilan Sejahtera, nampaknya masih malu-malu untuk mendeklarasikan tokoh yang dipilih sebagai capres. Perkembangan terakhir dari partai bernomor urut tiga dalam pemilu mendatang adalah telah melakukan konvensi tersendiri yang disebut sebagai Pemira untuk memilih beberapa nama yang akan diusung dalam pilpres. Nama-nama seperti Presiden PKS Anis Matta, Hidayat Nur Wahid, dan Nur Mahmudi Ismail menjadi kandidat kuat pemenang pesta demokrasi khas partai Islam ini. Beralih ke Partai Bulan Bintang (PBB), nama Yusril Ihza Mahendra nampaknya menjadi satu-satunya nama yang akan diusung oleh parpol ini. Menilik dari peta kekuatan parpol, serta figur yang diangkat, nampaknya nama-nama yang telah disebutkan diatas akan menjadi pesaing kuat Jokowi bila maju dalam pilpres nanti.
            Lalu bagaimana dengan partai-partai nasionalis seperti Golkar, Gerindra, dan PAN? kedua partai tersebut nampaknya sudah mantap untuk menunjuk masing-masing ketua umumnya sebagai bakal calon presiden. Kehadiran ketiga tokoh sarat pengalaman politik seperti Aburizal Bakrie, Prabowo Subiyanto serta Hatta Rajasa akan lebih meramaikan bursa capres mendatang.
            Dari kalangan partai medioker, nama Wiranto – Hary Tanoesoedibjo sudah sejak lama mendeklrasikan diri sebagai bakal capres dan cawapres dari partai Hanura. Dengan pengalaman politik serta militer yang dimiliki oleh Wiranto, dan kemapanan sosok muda Hary Tanoesoedibjo sebagai pemilik media terbesar dalam negeri dinilai mampu menjadi warna tersendiri yang dapat menjadi batu sandungan Jokowi menuju presiden 2014.
            Dua nama parpol terakhir yakni PKPI serta partai baru yaitu NasDem, nampaknya masih enggan untuk menyebutkan siapa tokoh yang akan diusung dalam pilpres. Memang selama ini nama Sutiyoso dan Surya Paloh sebagai ketua umum dari masing-masing parpol tersebut merupakan calon kuat yang akan diajukan, namun nampaknya kedua partai ini lebih memilih untuk fokus dalam pemenangan pileg 9 April nanti sebelum mengumumkan siapa yang akan menjadi bakal calon presiden.
            Demikian ulasan singkat dan sederhana yang coba penulis utarakan, semoga mampu menjadi bahan pertimbangan untuk memutuskan siapakah tokoh yang akan dipilih untuk memimpin bangsa ini lima tahun mendatang.

Sabtu, 15 Maret 2014

MIRIS, JALAN MARGONDA DEPOK MINIM PENYEBRANGAN!



sumber foto : okezone.com


Pernahkah anda melalui Jalan Raya Margonda? Salah satu jalan yang paling ramai di kota Depok ini memang selalu dipadati oleh lalu-lalang kendaraan bermotor. Jalan Margonda merupakan jalur utama yang menghubungkan kota Depok dengan beberapa daerah lainnya seperti Bogor dan Pasar Minggu. Dengan panjang jalan 4,895 km, volume lalu lintas Jalan Margonda Raya paling tinggi dibandingkan jalan lainnya dikota Depok terutama pada jam sibuk dikisaran waktu 07.00-08.00 dengan jenis kendaraan mobil dan sepeda motor.
            Namun, ramainya kendaraan yang melalui jalan tersebut tidak diimbangi dengan banyaknya jumlah jembatan penyebrangan yang ada. Bila kita lihat, dari jalur yang menuju ke UI hingga ke jalan Tole Iskandar, hanya ada tiga jembatan penyebrangan yang dibangun oleh pemerintah kota Depok. Padahal, hingga saat ini sudah banyak korban jiwa yang harus meregang nyawa akibat mengalami kecelakaan saat hendak menyebrang.
            Salah satu contoh korban jiwanya adalah Rossyana. Beberapa waktu yang lalu seorang mahasiswi semester satu fakultas ilmu komunikasi Universitas Gunadarma ini, akhirnya harus meregang nyawa akibat tertabrak sepeda motor saat hendak menyebrang. Rossyana  sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat dan sempat mengalami koma selama beberapa hari, namun akhirnya meninggal dunia akibat luka di kepala yang cukup parah. Kasus kecelakaan ini hanyalah satu dari banyak kasus kecelakaan yang terjadi di jalan Margonda akibat minimnya jalur penyebrangan untuk para pejalan kaki.
            Terkait dengan hal tersebut, berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat Depok untuk mengajukan penambahan jembatan penyebrangan. Mulai dari menulis keluhan mereka pada situs resmi online pemerintah kota Depok, hingga berdemonstrasi di depan kantor walikota Depok. Namun pemerintah kota Depok nampak tak acuh dengan hal tersebut. Hingga saat ini hanya ada satu penambahan jembatan penyebrangan yang sedang dibangun. Pembangunan jembatan tersebut terus dikritisi oleh beberapa kalangan karena proses pengerjaannya yang dinilai lamban dan tak kunjung usai.

Kamis, 13 Maret 2014

SUARA PEMUDA UNTUK BANGSA

Tahun 2014, merupakan tahun politik yang akan menentukan nasib bangsa ke depannya. Tinggal menghitung hari, pesta demokrasi terbesar rakyat Indonesia akan digelar. Layaknya panggung pertarungan, 12 partai politik peserta pemilu legislatif saling bersaing untuk merebut hati tiap – tiap orang yang datang dan masuk ke dalam bilik suara. Sebuah drama politik terjadi, dimana pada pemilihan umum yang dilaksanakan 9 April nanti masih di dominasi oleh wajah – wajah lama. Mereka adalah sosok yang dianggap gagal oleh masyarakat luas serta tidak mampu untuk mengemban tugasnya sebagai wakil rakyat di Senayan. Penilaian tersebut sangatlah mendasar, sebab di setiap periode jabatannya, para anggota dewan yang terhormat selalu gagal memenuhi target dalam merancang undang – undang. Selain itu, masyarakat menganggap bahwa fungsi pengawasan serta fungsi anggaran yang dimiliki oleh DPR RI tidak mampu dilaksanakan dengan baik. Setali tiga uang dengan pendahulunya, wajah – wajah baru yang hadir pada pemilu kali ini masih dianggap kurang mumpuni karena tidak memiliki pengalaman yang baik dalam mengurusi segudang permasalahan bangsa. Hal inilah yang menyebabkan para generasi muda yang notabene adalah pemilih pemula menjadi skeptis terhadap panggung politik dalam negeri.
            Pemilih pemula adalah mereka yang untuk pertama kalinya mengikuti pemilihan umum dengan kisaran usia antara 17 hingga 22 tahun. Pada pemilu tahun ini, angka pemilih pemula cukup fantastis. Bila merujuk kepada data dari BPS tahun 2011, jumlah pemilih pemula yang akan mengikuti pesta demokrasi kali ini berjumlah hingga 32 juta jiwa. Sebuah fenomena yang membuat partai peserta pemilu berlomba untuk memenangkan suara dari kalangan pemilih pemula itu. Banyak dari kalangan pemuda, terutama pemilih pemula yang lebih memilih golput. Hal ini sangatlah disayangkan, sebab golput hanya akan mencederai semangat pemuda sebagai agen perubahan bangsa. Kita tentu boleh mengkritisi kinerja para anggota dewan yang dianggap tidak mampu mengemban tugasnya dengan baik, namun kita tidak boleh acuh terhadap nasib bangsa kedepannya. Satu suara, akan sangat berarti bagi negeri ini. Memang jika hanya satu atau dua orang yang golput tidak akan merubah apa – apa bagi bangsa ini. Namun mari kita bayangkan, apabila seluruh generasi muda memilih untuk golput, maka sama saja dengan kita membiarkan para caleg yang tidak berkompeten untuk masuk menjadi anggota dewan. Kita perlu mengawal pertumbuhan demokrasi bangsa ini, jangan beri kesempatan kepada wajah – wajah lama yang memiliki track record kurang baik. Jadilah pemilih pemula yang cerdas, bukan pemilih yang dapat dibeli hak suaranya.

MENYEDIHKAN, 35% PERGURUAN TINGGI NEGERI TOLAK PENYANDANG DISABILITAS



                   Sore ini, seperti biasa setelah menjalani rutinitas sebagai seorang mahasiswa, saya memilih untuk menonton Televisi. Dari salah satu stasiun TV swasta, memberitakan bahwa telah terjadi demonstrasi yang dllakukan oleh para penyandang disabilitias. Mereka menuntut untuk penghapusan diskriminasi yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan serta beberapa perguruan tinggi negeri nasional. Berita tersebut mengatakan bahwa, dari seluruh perguruan tinggi negeri nasional, terdapat sekitar 35% diantaranya yang menolak menerima calon mahasiswa penyandang disabilitas mengikuti SNMPTN.
            Hal ini sungguh menjadi sebuah ironis, ketika melihat bangsa barat sangat menghargai dan memberikan kemudahan kepada para penyandang disabilitas dalam setiap sendi kehidupan, di negeri ini justru beberapa orang penyandang disabilitas ditolak untuk masuk ke perguruan tinggi negeri. Kita perlu mengkritisi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dinilai bersikap diskriminatif terhadap saudara-saudara kita yang mengalami keterbatasan fisik maupun mental.
            Memang selama ini sudah banyak sekolah-sekolah bagi orang-orang yang berkebutuhan khusus atau yang sering kita kenal dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) dibangun oleh pemerintah. Namun pada kenyataannya, pembangunan sekolah-sekolah tersebut masih belum merata secara nasional. Saya memiliki seorang saudara laki-laki penyandang disabilitas, namanya adalah Kodrat Noviantoro. Sejak kecil ia tidak bisa berjalan dan sebagian tangannya pun lumpuh. Sejak kecil hingga saat ini berusia 20 tahun, belum pernah sekalipun ia mengenyam bangku pendidikan, baik melalui sekolah umum maupun SLB. Selama ini, tidak ada satu sekolah pun baik itu sekolah umum maupun SLB yang bersedia dan menawarkannya untuk bersekolah di sekolah tersebut. Memang pernah satu waktu, ada SLB yang menawarkannya untuk bersekolah. Namun karena ketidakjelasan informasi dan lain sebagainya, maka Kodrat pun akhirnya tidak pernah merasakan bersekolah.
            Ini merupakan suatu cambukan bagi kita semua, khususnya bagi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Mereka yang mengalami keterbatasan fisik maupun mental, juga berhak untuk bersekolah. Mereka berhak untuk menentukan masa depannya masing-masing. Mereka juga berhak untuk masuk perguruan tinggi negeri manapun tanpa mengalami tindakan diskriminasi.

PRESIDEN DAN MENTERI CUTI, SIAPA PEDULI URUS NEGERI?



Pemilu 2014 sudah di depan mata. Tinggal menghitung hari, pesta demokrasi Pemilu legislatif akan digelar. Berbagai cara ditempuh oleh tiap partai agar dapat memperoleh suara yang besar pada pemilu nanti. Salah satunya adalah dengan berkampanye. Banyak partai politik yang memanfaatkan kepopuleran anggota partainya untuk menjadi juru kampanye politik. Mulai dari pejabat setingkat walikota atau bupati, gubernur, menteri, hingga presiden.
            Akhir-akhir ini memang kita sering melihat tayangan di TV yang memberitakan tentang pejabat negeri beramai-ramai cuti untuk menjadi juru kampanye masing-masing partainya. Mulai dari PDIP yang sudah mendaftarkan dua nama simpatisan partainya untuk menjadi juru kampanye politik. Mereka adalah Ganjar Pranowo yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, serta Joko Widodo yang juga menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kemudian dari PKS, nama Ahmad Heriyawan yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat sudah terdaftar sebagai juru kampanye politik.
            Dari kalangan pejabat kementrian pada kabinet Indonesia Bersatu II, muncul nama-nama menteri seperti Tifatul Sembiring, Agung Laksono, serta beberapa nama lainnya yang turut serta menjadi juru kampanye partai politik. Bahkan, akhir-akhir ini berita yang beredar juga mengatakan bahwa Presiden SBY ikut serta menjadi juru kampanye partai Demokrat. Memang tidak ada regulasi yang melarang bahwa pejabat pemerintah tidak boleh menjadi juru kampanye politik. Bagi pejabat yang ingin menjadi juru kampanye diberikan hak untuk mengambil cuti kerja.
            Setiap warga negara mempunyai hak politik yang sama, dan kita tidak boleh melarang siapapun untuk berperan aktif dalam proses politik. Para pejabat sama sekali tidak melanggar undang-undang bila menjadi juru kampanye politik. Namun menurut penulis, hal ini kurang etis karena lebih baik menghabiskan waktu untuk mengabdi kepada rakyat daripada mengabdi kepada partai politik dengan menjadi juru kampanye.