Kamis, 13 Maret 2014

SUARA PEMUDA UNTUK BANGSA

Tahun 2014, merupakan tahun politik yang akan menentukan nasib bangsa ke depannya. Tinggal menghitung hari, pesta demokrasi terbesar rakyat Indonesia akan digelar. Layaknya panggung pertarungan, 12 partai politik peserta pemilu legislatif saling bersaing untuk merebut hati tiap – tiap orang yang datang dan masuk ke dalam bilik suara. Sebuah drama politik terjadi, dimana pada pemilihan umum yang dilaksanakan 9 April nanti masih di dominasi oleh wajah – wajah lama. Mereka adalah sosok yang dianggap gagal oleh masyarakat luas serta tidak mampu untuk mengemban tugasnya sebagai wakil rakyat di Senayan. Penilaian tersebut sangatlah mendasar, sebab di setiap periode jabatannya, para anggota dewan yang terhormat selalu gagal memenuhi target dalam merancang undang – undang. Selain itu, masyarakat menganggap bahwa fungsi pengawasan serta fungsi anggaran yang dimiliki oleh DPR RI tidak mampu dilaksanakan dengan baik. Setali tiga uang dengan pendahulunya, wajah – wajah baru yang hadir pada pemilu kali ini masih dianggap kurang mumpuni karena tidak memiliki pengalaman yang baik dalam mengurusi segudang permasalahan bangsa. Hal inilah yang menyebabkan para generasi muda yang notabene adalah pemilih pemula menjadi skeptis terhadap panggung politik dalam negeri.
            Pemilih pemula adalah mereka yang untuk pertama kalinya mengikuti pemilihan umum dengan kisaran usia antara 17 hingga 22 tahun. Pada pemilu tahun ini, angka pemilih pemula cukup fantastis. Bila merujuk kepada data dari BPS tahun 2011, jumlah pemilih pemula yang akan mengikuti pesta demokrasi kali ini berjumlah hingga 32 juta jiwa. Sebuah fenomena yang membuat partai peserta pemilu berlomba untuk memenangkan suara dari kalangan pemilih pemula itu. Banyak dari kalangan pemuda, terutama pemilih pemula yang lebih memilih golput. Hal ini sangatlah disayangkan, sebab golput hanya akan mencederai semangat pemuda sebagai agen perubahan bangsa. Kita tentu boleh mengkritisi kinerja para anggota dewan yang dianggap tidak mampu mengemban tugasnya dengan baik, namun kita tidak boleh acuh terhadap nasib bangsa kedepannya. Satu suara, akan sangat berarti bagi negeri ini. Memang jika hanya satu atau dua orang yang golput tidak akan merubah apa – apa bagi bangsa ini. Namun mari kita bayangkan, apabila seluruh generasi muda memilih untuk golput, maka sama saja dengan kita membiarkan para caleg yang tidak berkompeten untuk masuk menjadi anggota dewan. Kita perlu mengawal pertumbuhan demokrasi bangsa ini, jangan beri kesempatan kepada wajah – wajah lama yang memiliki track record kurang baik. Jadilah pemilih pemula yang cerdas, bukan pemilih yang dapat dibeli hak suaranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar