Tahun
2014, merupakan tahun politik yang akan menentukan nasib bangsa ke depannya. Tinggal
menghitung hari, pesta demokrasi terbesar rakyat Indonesia akan digelar.
Layaknya panggung pertarungan, 12 partai politik peserta pemilu legislatif
saling bersaing untuk merebut hati tiap – tiap orang yang datang dan masuk ke dalam
bilik suara. Sebuah drama politik terjadi, dimana pada pemilihan umum yang
dilaksanakan 9 April nanti masih di dominasi oleh wajah – wajah lama. Mereka adalah
sosok yang dianggap gagal oleh masyarakat luas serta tidak mampu untuk
mengemban tugasnya sebagai wakil rakyat di Senayan. Penilaian tersebut
sangatlah mendasar, sebab di setiap periode jabatannya, para anggota dewan yang
terhormat selalu gagal memenuhi target dalam merancang undang – undang. Selain
itu, masyarakat menganggap bahwa fungsi pengawasan serta fungsi anggaran yang
dimiliki oleh DPR RI tidak mampu dilaksanakan dengan baik. Setali tiga uang
dengan pendahulunya, wajah – wajah baru yang hadir pada pemilu kali ini masih
dianggap kurang mumpuni karena tidak memiliki pengalaman yang baik dalam
mengurusi segudang permasalahan bangsa. Hal inilah yang menyebabkan para generasi
muda yang notabene adalah pemilih pemula menjadi skeptis terhadap panggung
politik dalam negeri.
Pemilih pemula adalah mereka yang
untuk pertama kalinya mengikuti pemilihan umum dengan kisaran usia antara 17
hingga 22 tahun. Pada pemilu tahun ini, angka pemilih pemula cukup fantastis.
Bila merujuk kepada data dari BPS tahun 2011, jumlah pemilih pemula yang akan
mengikuti pesta demokrasi kali ini berjumlah hingga 32 juta jiwa. Sebuah
fenomena yang membuat partai peserta pemilu berlomba untuk memenangkan suara
dari kalangan pemilih pemula itu. Banyak dari kalangan pemuda, terutama pemilih
pemula yang lebih memilih golput. Hal ini sangatlah disayangkan, sebab golput
hanya akan mencederai semangat pemuda sebagai agen perubahan bangsa. Kita tentu
boleh mengkritisi kinerja para anggota dewan yang dianggap tidak mampu
mengemban tugasnya dengan baik, namun kita tidak boleh acuh terhadap nasib
bangsa kedepannya. Satu suara, akan sangat berarti bagi negeri ini. Memang jika
hanya satu atau dua orang yang golput tidak akan merubah apa – apa bagi bangsa
ini. Namun mari kita bayangkan, apabila seluruh generasi muda memilih untuk
golput, maka sama saja dengan kita membiarkan para caleg yang tidak berkompeten
untuk masuk menjadi anggota dewan. Kita perlu mengawal pertumbuhan demokrasi
bangsa ini, jangan beri kesempatan kepada wajah – wajah lama yang memiliki track record kurang baik. Jadilah
pemilih pemula yang cerdas, bukan pemilih yang dapat dibeli hak suaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar