Setelah sukses melakukan perjalanan pertama kami ke
kepulauan seribu tepatnya di pulau pramuka beberapa waktu yang lalu, maka kami
mencoba untuk menyusun rencana untuk berlibur ke jogja. Petualangan kami di
mulai saat kami mengantri tiket kereta api kelas ekonomi di stasiun senen
Jakarta.
Tepatnya pada
tanggal 2 juli 2012, kami yang diwakili oleh 4 orang anggota backpacker yaitu
Ibrahim, Laibun, Guntur, dan Rezha berangkat dari kampus kami menuju stasiun
senen untuk memesan tiket kereta api. Kami berangkat dengan menggunakan kereta
commuter line dari stasiun UI menuju stasiun senen,Jakarta.
Setibanya di
stasiun, kami makan sejenak dan kemudian mengambil formulir pemesanan tiket
kereta api. Setelah mendapatkan formulir, kami mengisi identitas sesuai dengan
KTP masing-masing anggota dan kemudian ikut mengantri di barisan pemesan tiket.
Semula jumlah
anggota yang ikut sebanyak 10 orang, namun karena beberapa hal akhirnya tinggal
tersisa 8 anggota orang saja yang memastikan diri untuk ikut, yaitu Laibun,
reza, Guntur, Ibrahim, Karin, Nadya, Dea, dan Anton. Kami harus mengantri
selama kurang lebih 6 jam. Entah mengapa kami harus menunggu selama itu hanya
untuk mendapatkan sebuah tiket untuk masing-masing anggota, mungkin saja ini
terjadi karena sistem pelayanan yang terkesan lambat atau sistem birokrasi di
perkeretaapian yang masih belum berjalan dengan baik, yang jelas kami harus
menunggu lebih dari 6 jam untuk mendapatkan tiket seharga 35 ribu rupiah.
Setelah
mendapatkan tiket, kami kembali pulang dengan menggunakan kereta commuter line
lagi.
Kamis, 12 Juli 2012
Pagi harinya
kami masih mengikuti kuliah umum yang diadakan oleh pihak kampus dan fakultas
kami, yaitu fakultas ilmu komunikasi. Tema dari kuliah umum pada waktu itu
adalah tentang politik dan komunikasi. Pembicara pada kuliah umum tersebut
adalah dua tokoh politisi ternama yaitu Pramono Anung dan Ikrar Nusa Bakti.
Setelah
mengikuti kuliah umum, kami berkumpul di satu tempat di salah satu kostan
anggota kami yang bernama Rheza. Pukul 3 sore kami seluruh anggota yang
berjumlah 8 orang berkumpul untuk membagikan masing-masing tiket dan persiapan
menuju ke jogja.
Dari
masing-masing anggota kami menarik dana sebesar Rp 250.000,00 untuk biaya transportasi,
makan, dan ongkos menuju beberapa tempat wisata yang terdapat di Jogja. Setelah
persiapan dianggap cukup, kami berdoa bersama kemudian berangkat.
Pertama kami
naik kereta commuter line menuju stasiun senen. Harga satu tiket sebesar Rp
6.000,00. Setibanya di stasiun senen, kami membeli perlengkapan makanan untuk
bekal di perjalanan nanti. Setelah perbekalan dirasa cukup, kami pergi ke
warung makan di sekitar stasiun senen untuk mengisi perut kami yang memang
sudah menahan lapar sejak keberangkatan menuju stasiun senen tadi.
Kami makan di
salah satu rumah makan yang ternyata milik seorang Aremania, nama warung
makannya pun warung makan Arema. Masing-masing dari kami memesan makanan sesuai
dengan selera masing-masing, ada yang memesan pecel lele,ayam penyet dan yang
lainnya.
Saat kami sedang
menyantap makanan masing-masing ternyata hujan turun dengan sangat deras, maka
kami terpaksa untuk tetap berada di warung makan tersebut. Sambil menunggu
hujan reda, dea mengambil gitar yang memang dibawa oleh Guntur dan memainkan
beberapa lagu untuk lebih menghangatkan suasana yang memang saat itu cukup
dingin.
Waktu sudah
menunjukkan pukul 7.30 malam, tepat 1 jam sebelum keberangkatan kereta kami
maka kami memutuskan untuk segera menuju pintu masuk dan ruang tunggu kereta
walaupun pada saat itu masih turun hujan yang deras. Kemudian pukul 8 malam
kami masuk ke ruang tunggu dan tidak lama kemudian kereta yang akan kami
tumpangi menuju jogja tiba.
Kami mulai masuk
ke dalam kereta. Kereta yang akan kami tumpangi bernama kereta progo. Dari
luar, kereta memang terlihat cukup layak dan memang sepadan dengan harga tiket
yang murah. Dari segi dalam, ternyata kereta progo cukup baik dan memang telah
mengalami perbaikan sehingga layak untuk digunakan.
Kami terpisah ke
dalam dua gerbong. Di gerbong 2, Ibrahim, Nadya, dan Dea duduk tepat di bangku
paling belakang dari gerbong tersebut. Kemudian Karin, Guntur, Rheza, Laibun,
Anton duduk di bangku nomer 2 dari depan di gerbong 3.
Sepanjang
perjalanan, kami mengisi waktu dengan bermain kartu remi. Guntur, dea, rheza,
Karin, dan Anton asik bermain poker sementara Ibrahim, Laib, dan Nadya memilih
untuk beristirahat dan tidur di gerbong 2. Banyak kejadian seru yang terjadi
sepanjang perjalanan, mulai dari membeli es buah yang harganya sangat mahal dan
rasanya tidak enak, hingga membeli nasi goreng bungkus seharga Rp 3.000,00 yang
ternyata sangat sedikit sekali, mungkin hanya untuk 2 sendok suap saja sudah
habis.
Kemudian kami beristirahat agar
kondisi badan kami kembali fit lagi di keesokan harinya.
Jumat pagi, 13
juli 2012
sekitar pukul 07.30 kami tiba di stasiun Tugu
Jogja. Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju rumah paman dari salah satu
anggota keluarga kami yaitu Ibrahim di dusun Capit, Pakem, Sleman. Dari stasiun tugu kami naik bus 2 kali,
pertama kami turun di dekat kampus UGM, kemudian kami melanjutkan perjalanan
lagi dengan menggunakan bus dan turun di daerah pakem Sleman.
Sekitar pukul
09.30 pagi kami tiba di rumah paman dari Ibrahim. Setibanya di sana, kami
melepas lelah sejenak, setelah itu kami memasak nasi dan lauk untuk sarapan
pagi ini. Setelah sarapan, untuk yang pria segera mempersiapkan diri untuk
melaksanakan ibadah Sholat Jumat di masjid yang jaraknya tidak terlalu jauh.
Setelah sholat
Jumat, kami kembali ketempat menginap kami,dan beristirahat hingga sore hari.
Setelah beristirahat, kami kembali memasak untuk makan malam. Setelah makan,
kami sholat maghrib berjamaah. Setelah
sholat, kami berganti pakaian untuk berjalan-jalan mengelilingi daerah
tersebut. Pada saat itu 2 anggota dari kami yaitu Rheza dan Dea tidak ikut,
karena mereka sedang ada pertemuan bersama rekan-rekan gamers di Malioboro.
Sekitar 2 jam kami berjalan-jalan, dan karena waktu sudah cukup malam, maka
kami kembali ke tempat kami menginap. Kami bermain kartu sebentar, lalu tidur
karena memang kami masih kelelahan setelah melakukan perjalanan yang jauh dari
Jakarta menuju Jogja.
Sabtu, 14 Juli 2012
Sekitar pukul
06.00 pagi Anton dan Ibrahim sudah bangun dan memasak untuk sarapan pagi kami. Setelah
sarapan, kami bersiap-siap untuk menuju taman wisata kaliurang. Untuk menuju ke
sana, kami menyewa angkutan umum daerah tersebut. Perjalanan dari desa Cepit
menuju taman wisata Kaliurang kurang lebih memakan waktu selama 1 jam.
Setibanya di
taman wisata Kaliurang, kami langsung disambut oleh iklim yang sejuk dan kabut
yang menyelimuti kawasan tersebut. Suasana yang hampir sama seperti di daerah
puncak kabupaten Bogor. Suhu yang dingin tidak menyurutkan semangat kami untuk
terus melanjutkan perjalanan. Ternyata taman wisata kaliurang jauh dari apa
yang kami bayangkan selama di perjalanan. Kami beranggapan bahwa disana
terdapat tempat pemandian air panas saja, akan tetapi pada kenyataannya disana
kami disajikan dengan pemandangan air terjun dan jalanan berbukit hampir
menyerupai taman wisata cilember kabupaten bogor.
Namun sayang
sekali pada saat itu air terjunnya sedang surut. Hal ini dikarenakan dampak
dari erupsi gunung merapi yang sempat meletus beberapa waktu yang lalu sehingga
air terjun yang biasanya mengalir menjadi surut. Setelah melihat air terjun,
kami mencoba untuk mendaki kawasan bukit pronojiwo. Perjalanan yang menanjak
dan cukup curam tidak menyurutkan semangat kami untuk terus mendaki menuju
puncak bukit tersebut. Selama di perjalanan, kami banyak menemui pohon-pohon
yang tumbang akibat erupsi gunung merapi, akan tetapi tidak mengurangi indahnya
pemandangan yang bisa kami lihat dari bukit yang cukup tinggi. Hampir 1 setengah
jam kami mendaki, dan kami mulai kelelahan. Beberapa kali kami memutuskan untuk
beristirahat sejenak sambil mengumpulkan kembali energy yang tersisa untuk
melanjutkan pendakian.
Tak lama
kemudian, akhirnya kami tiba di puncak bukit tersebut. WOW! Suatu pemandangan
yang tidak pernah kami dapatkan sebelumnya. Bukit yang di kelilingi dengan
kabut yang tebal serta pemandangan yang sangat indah yang tidak mungkin bisa
ditemukan di Jakarta. Kami tidak melewatkan momen yang langka itu. Kami sempat
berfoto-foto sejenak sambil menikmati pemandangan yang memang sangat memuaskan
dan bisa menghilangkan lelah kami setelah mendaki cukup lama.
Puas kami
menikmati pemandangan yang ada, kemudian kami kembali turun ke kaki bukit.
Sekitar satu jam kami turun dan akhirnya tiba di bawah kaki bukit. Saat kami
sedang beristirahat, kemudian kami dikejutkan dengan kedatangan sekelompok kera
kecil yang menghampiri kami untuk meminta diberi makanan. Lantas kami segera
membeli sebungkus kacang kulit di pedagang setempat. Saat ingin memberi makan,
kami diberi tau oleh ibu pedagang tersebut kalau bungkus kacang harus
disembunyikan, agar tidak dirampas oleh kera-kera tersebut.
Satu-persatu
dari kami bergantian mencoba untuk memberikan kacang kepada kera-kera tersebut,
namun tiba-tiba sekelompok kera tersebut melarikan diri dan memanjat ke pohon
karena ternyata datang induk dari para kera tersebut yang tentu saja ukurannya
lebih besar. Saat Ibrahim sedang memberikan kacang kepada induk kera tersebut,
tiba-tiba ia diserang dan dikejar oleh induk kera itu. Hampir saja Ibrahim
terkena serangan dari kera itu dan untung saja ia masih selamat. kami di beri tau oleh ibu pedagang setempat
bahwa kera-kera itu akan marah sekali apabila diberi kacang dengan menggunakan
tangan kiri, jadi apabila ingin memberi makanan kepada mereka haruslah
menggunakan tangan kanan. Puas memberi makan kera-kera tersebut kami kemudian
solat dan makan dan melanjutkan ke tujuan wisata kami berikutnya yaitu ke
keraton jogja dan malioboro.
Sekitar pukul
03.30 sore, kami tiba di malioboro. Kedatangan kami tepat sekali bersamaan
dengan dimulainya acara ruwahan yang biasa di gelar untuk menyambut datangnya
bulan ramadhan. Banyak pertunjukkan yang disajikan, mulai dari komunitas
layang-layang yang memamerkan hasil kreatifitasnya dengan ukuran yang sangat
besar, komunitas kesenian kuda lumping, hingga komunitas nelayan jogja yang
tidak mau kalah menampilkan atraksinya sambil mengangkat perahu kecil yang
biasa digunakan oleh para nelayan untuk mencari ikan.
Setelah cukup
melihat acara tersebut, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju
keraton. Namun setibanya di keraton, ternyata sudah tutup. Kami sempat kecewa
karena kami terlambat datang. Untuk menghilangkan rasa kecewa kami, maka kami
menyewa becak untuk berkeliling keraton. Harga sewa becak masing-masing orang
sebesar 5 ribu rupiah. Kami sempat mampir di beberapa tempat penjualan baju dan
tas khas jogja. Kemudian kami kembali
lagi ke tempat awal yaitu di depan gerbang keraton.
Kami membuka
bekal yang kami bawa, yaitu nasi goreng dan telor dadar yang telah dimasak oleh
Anton. Setelah makan, kami beristirahat sejenak kemudian kami berpisah untuk
berbelanja masing-masing di pasar malioboro dan menentukan waktu dan tempat
untuk berkumpul kembali. Kelompok terpisah menjadi dua. Guntur, Dea, nadya,
Karin, dan Reza memutuskan untuk memulai berbelanja di pasar malioboro,
sementara Ibrahim, laib, dan Anton lebih memilih untuk menuju alun-alun selatan
untuk mencoba membuktikan mitos tentang bringin kembar. Mitos yang beredar
bahwa siapapun yang bisa melewati bringin kembar tersebut dengan mata tertutup
maka apa yang diinginkannya bisa dikabulkan.
Ibrahim, Laib,
dan anton melanjutkan petualangan mereka dengan mencoba beberapa kuliner khas
jogja dengan harga yang relative murah, sementara Dea, Guntur, reza, nadya, dan
Karin kembali melanjutkan belanjanya di pasar malioboro. Setelah cukup puas berbelanja dan wisata
kuliner, akhirnya kami kembali berkumpul di angkringan kopi joss di dekat pasar
malioboro. Kopi joss adalah kopi yang dibuat dengan memasukkan areng hitam ke
dalam gelasnya. Dan rasa dari kopi joss ternyata sangat memuaskan kami, pantas
saja kalau hampir seluruh permukaan trotoar dipenuhi oleh para penikmat kopi
joss yang rela mengantri untuk mendapatkan segelas kopi.
Puas dengan kopi
joss yang kami minum, kami kembali pulang menuju tempat menginap kami yaitu di
daerah Pakem. Kami menyewa taxi avanza dengan biaya sebesar Rp 120.000,00. Setibanya
di tempat menginap, kami kembali masak untuk makan malam dan kemudian
beristirahat.
Minggu, 15 Juli 2012
Hari ini kami
memutuskan bahwa pantai akan menjadi prioritas wisata kami, setelah sebelumnya
kami telah menikmati kawasan perbukitan dan lingkungan keraton. Maka destinasi
kami selanjutnya adalah pantai parangtritis yang terletak di kabupaten bantul
jogja. Kami menyewa angkutan umum dari pakem menuju parangtritis sebesar Rp
250.000,00. Perjalanan kami memakan waktu sekitar 1 setengah jam hingga
akhirnya sekitar pukul 3 sore kami tiba di pantai parangtritis.
Ombak yang besar
dan angin yang bertiup kencang seolah menyambut kedatangan kami. Kami yang
memang sudah tak sabar untuk merasakan derasnya ombak pantai parangtritis,
langsung mengganti pakaian kami. Kami menikmati setiap ombak yang datang
menyeret badan kami kembali ke pinggir pantai. Akan tetapi kali ini kami
sedikit terganggu dengan adanya ubur-ubur yang menuju pantai parangtritis dalam
jumlah yang cukup banyak. Salah satu anggota dari kami yaitu Guntur pun ikut
merasakan disengat ubur-ubur beberapa kali.
Setelah beberapa
jam kami menikmati air laut selatan itu, kami memutuskan untuk menyudahi dan
mencari warung makan. Saat sedang makan, kami sempat mengobrol sebentar dengan
bapak pemilik warung tersebut. Bapak itu mengatakan bahwa memang selama
seminggu ini banyak wisatawan yang tersengat ubur-ubur. Hal ini disebabkan
karena iklim yang dingin, maka para ubur-ubur tersebut menuju ke permukaan
pantai yang banyak dikunjungi oleh wisatawan termasuk kami.
Kemudian bapak
itu menambahkan, bahwa setelah menyengat, ubur-ubur tersebut langsung mati dan
bagi mereka yang tersengat ubur-ubur dan telah memasuki usia dewasa, banyak
yang pingsan akibat terkena efek dari sengatan ubur-ubur tersebut. Setelah
perut kami kenyang, kami menuju ke destinasi berikutnya yaitu rumah nenek
anggota kami Guntur.
Sekitar pukul 5
sore kami tiba, dan langsung menyantap makanan serba jamur. Mulai dari nasi
goreng jamur, mie ayam jamur, bakso jamur, dan yang lainnya. Lokasi tempat
makan tersebut tepat berada di tengah-tengah sawah sehingga angin yang
berhembus cukup kencang dan suasananya pun sangat sejuk.
Setelah makan,
kami menuju rumah nenek Guntur. Setelah singgah sejenak kemudian kami
melanjutkan perjalanan menuju rumah dari tante Ibrahim yang juga terletak di
daerah Bantul. Namun salah satu dari anggota kami yaitu Guntur, tidak ikut dan
menginap di tempat neneknya. Kemudian kami kembali pulang ke tempat menginap
kami di Pakem untuk beristirahat.
Senin, 16 Juli 2012
Pagi
harinya kami melanjutkan perjalanan kembali menuju pasar malioboro untuk
berbelanja membeli oleh-oleh. Setelah puas berbelanja, kami memutuskan untuk
menuju stasiun lempuyangan karena hari ini adalah hari terakhir kami berada di
jogja.
Sekitar pukul 4
sore, kereta yang akan kami tumpangi tiba. Ya, sama seperti berangkat, kami
kembali menumpangi kereta progo. Dan sekitar pukul setengah 5 akhirnya kereta
berangkat. Selama perjalanan kami menikmati pemandangan seperti sawah,
pegunungan, yang masih alami. Sekitar 10 jam perjalanan yaitu tepatnya pukul 2
dini hari kami tiba di stasiun senen Jakarta.
Selasa, 17 Juli 2012
Sekitar pukul 2
dini hari, kami tiba di stasiun senen Jakarta. Karena kereta yang paling pagi
menuju stasiun UI baru akan berangkat pada pukul 6, maka kami harus menunggu
hingga kereta tiba di ruang tunggu. Ada yang tidur di ruang tunggu,dan kami
bermain kartu. Waktu menunjukkan pukul 6 pagi, kami kemudian membeli tiket
commuter line dengan tujuan bogor. Harga satu tiket sebesar 6 ribu rupiah.
Tak lama pun
kereta yang dari pagi kami tunggu datang, kami kemudian naik dan beristirahat
di dalam kereta. Sekitar 1 jam kemudian kami turun di stasiun UI, tetapi
Ibrahim dan Anton langsung melanjutkan perjalanan pulangnya ke bogor. Setelah
turun di stasiun UI, kami kemudian berpisah untuk menuju rumah masing-masing.
Perjalanan backpacker goes to jogja pun di tutup, namun petualangan kami tidak
akan berakhir sampai disini.