Sudah lama memang saya tidak membuat catatan di blog ini. Mungkin sudah lama juga saya sebenarnya ingin berbagi cerita nyata ini namun baru bisa tercapai sekarang. Pada catatan kai ini saya ingin sedikit berbagi cerita nyata tentang seorang remaja pria yang memiliki kekurangan pada fisiknya namun mampu menjadi inspirasi bagi banyak orang termasuk saya sendiri sebagai saudara sepupunya.
Ia adalah Kodrat Noviantoro. Ya seperti namanya, sejak kecil memang ia sudah harus menerima kodrat yang diberikan kepada Allah kepada dirinya. Ia adalah anak satu - satunya dari seorang ibu yang bernama Suradinem, seorang penjual bakso. Setiap hari Suradinem harus mengayuh sepeda usangnya sejauh 5 KM untuk pergi kepasar berbelanja keperluan usaha warungnya dirumah. Setelah itu dari pagi hingga malam hari ia pergi ke warung bakso milik keponakannya (tentu bukan saya) untuk melayani para pembeli yang datang.
Kodrat saat ini berusia sekitar 17 tahun. Perlu diketahui bahwa Kodrat terlahir dengan keadaan fisik yang kurang atau bisa dibilang cacat. Tangan kanannya tidak bisa digerakkan sama sekali dan hanya menekuk ke dalam saja. Sedangkan kakinya dua - duanya lumpuh dan tidak bisa berjalan dengan norma,tentu kita dapat membayangkan bagaimana sulitnya ia dalam menjalankan aktivitas sehari - harinya.
Sudah menjadi kebiasaan, ia selalu bangun saat adzan subuh berkumandang. Meski cacat fisik, tapi ia hampir tidak pernah lupa untuk melaksanakan sholat subuh. Ia tidak pernah berwudhu karena memang ia tidak bisa berdiri apalagi berjalan sedangkan sumur di rumahnya cukup jauh dari kamarnya. Setelah solat subuh biasanya ia pergi mandi. Dengan susah payah dia "mengesot" menuju sumur untuk mandi.
Baginya,cacat fisik bukanlah akhir dari segalanya. Ia tidak pernah berpangku tangan dalam hidupnya. Setelah mandi biasanya ia pergi ke rumah tetangga sebelah untuk sekedar membantu mengupas bawang merah dan bawang putih. Bisa dibayangkan pula bagaimana caranya dia bisa mengupas bawang itu hanya dengan menggunakan satu tangan saja?
Saat adzan dzhur berkumandang, dia lekas untuk pergi ke masjid melaksanakan sholata berjamaah. Hampir tidak pernah ia terlewat sholat berjamaah. Begitu pun bila terdengar adzan ashar, maghrib, maupun isya. Ia rela menggoes kursi rodanya dengan hanya menggunakan satu tangan saja,dan tentu tidaklah mudah.
Kesehariannya dilalui dengan aktivitas yang sama,namun disinilah awal cerita yang sempat membuat saya merasa bahwa saya ini adalah manusia yang kurang sekali bersyukur.
Pada bulan puasa kemarin, hampir tiap hari ia ikut berbuka bersama di masjid (Takjilan). Ia juga selalu mengikuti sholat tarawih setiap hari selama bulan ramadhan hingga akhirnya dia mendapatkan semacam penghargaan dari pengurus masjid (DKM) setempat yaitu sebagai jamaah yang paling rajin dan patut menjadi contoh kita bersama.
Subhanallah, untuk kita yang fisiknya normal dan utuh saja rasanya masih sulit untuk selalu solat berjamaah di masjid, tapi mengapa ia bisa melakukannya dengan hanya mengandalkan tangan kirinya saja?
Inilah yang sempat membuat saya terharu...
Mungkin memang selama ini kita masih banyak lupa dan cenderung kurang bersyukur atas nikmat yang Allah beri. Bahkan saya sendiri pun masih jauh banyak mengeluh bila dibandingkan bersyukur,tidak sepertinya yang tidak pernah ada kata menyerah dalam hidupnya...
Bahkan Allah pun menunjukkan mukjizat-Nya kepada sepupu saya itu. Pada saat gempa Jogja yang cukup memakan banyak korban itu,ia mampu menyelamatkan diri dengan duduk diatas puing - puing reruntuhan bangunan. Entah bagaimana caranya memanjat sedangkan untuk berdiri saja ia tidak mampu.
Demikianlah cerita singkat tentang sepupu saya Kodrat Noviantoro itu, semoga kita daat mengambil banyak pelajaran darinya dan semoga kita bisa lebih bersyukur lagi menjadi manusia yang dilahirkan sempurna.